Garis Imajiner
13 januari 2015
Pada saat pengambilan gambar untuk
pembuatan sebuah film ataupun kegiatan pembuatan dokumentasi suatu
kegiatan, terkadang kita melakukan kesalahan kecil yang tidak
terpikirkan sebelumnya. Hal ini bisa saja terjadi karena kita
tergesa-gesa harus mengejar momen yang sedang berlangsung. Sebagai
contoh, saat kita sedang merekam seorang pejabat atau artis yang sedang
menyampaikan sebuah pernyataan atau pidato dan pada kesempatan itu juga
kita menginginkan gambar yang kita rekam menampilkan penonton atau audience
yang nantinya kita gunakan sebagai gambar sisipan dalam editing,
sehingga video yang kita hasilkan nantinya dilihat lebih interaktif
dengan memperlihatkan pejabat/artis tersebut berbicara di depan banyak
penggemarnya.
Namun saat kita menggabungkan
gambar-gambar yang kita rekam ternyata malah ada yang terkesan lucu.
Setelah kita sisipi dengan gambar penggemar, justru keadaannya jadi
kacau. Seharusnya dalam tayangan video yang kita inginkan, artis yang
sedang berbicara menghadap ke penggemarnya, masing-masing objek saling
berhadapan, yakni si artis menghadapi si penggemar saat pidato.
Sedangkan pada video yang kita hasilkan justru pandangan kedua objek itu
searah. Keduanya menghadap ke kiri atau ke kanan.
Contoh lain: Kita akan melakukan
perekaman gambar dua orang koboi yang akan saling berkelahi sambil
menunggang kuda. Adegan yang kita ambil dilakukan dengan metode cut to cut.
Pertama, kita merekam koboi A berlari kencang dari arah kanan, dengan ekspresi marah mendatangi koboi B dari arah kiri.
Kedua, kita merekam juga saat koboi B dengan keadaan ambisius ingin menghadapi lawannya dari arah kanan.
Setelah hasil rekaman itu digabung,
ternyata adegan yang terlihat bukannya dua koboi yang saling memacu
mendekat akan bertempur. Tetapi justru gambarnya memperlihatkan dua
koboi yang sedang berkejaran.
Mengapa hal-hal itu terjadi? Karena saat mengambil gambar mengabaikan apa yang disebut dengan garis imajiner.
Apa itu garis Imajiner?
Garis imajiner adalah garis atau batasan
yang tidak boleh dilewati oleh seorang kameramen dalam melakukan
perekaman gambar. Garis ini hanyalah garis maya saja, bukan garis
sesungguhnya. Maksud disepakatinya kaidah garis imajiner ini adalah agar
gambar yang direkam nantinya lebih memudahkan editor dalam melakukan
proses editing.
Kita semua menginginkan segala proses
pembuatan video baik untuk kepentingan pembelajaran maupun untuk
mengabadikan kegiatan atau peristiwa-peristiwa yang penting berjalan
lancar mulai dari awal hingga akhirnya berwujud video yang bagus dengan
proses yang lebih mudah. Untuk ini segala persiapan harus matang benar.
Pada gambar di atas kamera tidak boleh
melintasi garis imajiner (warna merah). Gerakan kamera hanya
diperbolehkan ke arah kiri atau kanan di bawah bidang yang dibatasi oleh
garis merah.
Kaidah ini sangat ketat diberlakukan
terutama pada beberapa tahun lalu saat proses penyuntingan gambar
dilakukan secara analog, karena begitu rumitnya penyuntingan dengan cara
analog. Pada saat ini proses penyuntingan sudah memakai cara digital
dengan penggunaan peralatan modern yang mudah dilakukan manipulasi,
tentu saja kaidah ini tidak terlalu bermasalah dalam langkah
penyuntingan nanti. Namun demikian setidaknya jika kaidah ini tetap
dijalankan maka kita sudah menghemat tenaga dan waktu sekaligus
mengurangi beban masalah editing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar